Pengertian Tari Kreasi Sekaligus Mengenal Macam Macam Tari Kreasi

Tari kreatif merupakan bagian dari evolusi tari yang terus mengalami perubahan seiring perkembangan zaman.

Perubahan seni tari, termasuk tari kreasi, juga terkait dengan evolusi kehidupan masyarakat yang tidak pernah berhenti, tidak terpisah satu sama lain, tetapi saling berkesinambungan.

Dalam semangat yang sama, tari kreatif juga hadir sebagai tarian yang bebas dan dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan interaksi antar ruang dan wilayah lain.

Jadi apa sebenarnya tari kreatif itu?

Apa saja contohnya? Apa konsepnya? Apa yang membedakannya? Di bawah ini adalah berbagai deskripsi dan interpretasi tari kreatif.

Pengertian tari kreatif

Pengertian tari kreatif
toriqa.com

Yang dimaksud dengan tari kreatif adalah jenis tari yang koreografinya masih berbasis tari tradisional atau perkembangan gaya tari saat ini, untuk lebih jelasnya lihat saja contoh tari kreasi baru disini.

Awalnya, tari kreatif merupakan evolusi dari tari rakyat dan tari klasik saja. Namun belakangan juga muncul kreasi tari baru karena arah gerak dari daerah yang berbeda atau dengan masuknya gerak tari dari negara lain, dikembangkan dengan menggunakan unsur-unsur dari tradisi yang ada dan iringan musik yang beragam.

Tari kreatif adalah bentuk ekspresi seni individu dan menekankan ekspresi dan estetika sebuah pertunjukan. Komposisi tarian kreatif dipengaruhi oleh gaya tari dari daerah atau negara lain serta kreativitas pencipta.

Contoh tarian kreatif

Beberapa contoh tarian yang termasuk dalam tari kreasi adalah:

  1. tari trompong jibear.
  2. Tari Oleg Tambulingan,
  3. Tari Manok Rawa (Bali),
  4. Tari Karunse (Jawa Tengah),
  5. Tarian kipas dan
  6. Tari Ranting Polo Campo (Sumatera).

jenis tarian

Menurut genre, tari secara umum diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

Tarian rakyat

Tarian yang berkembang di masyarakat setempat, hidup dan berkembang secara turun temurun.

tari klasik

Tarian yang berkembang di keraton. Tarian ini memiliki standar tertentu dan nilai estetika yang tinggi.

tarian kreasi baru

Sebuah tarian yang berkembang sesuai dengan zaman, namun pada dasarnya tidak meniadakan nilai-nilai tradisi itu sendiri.

Sementara itu, tari kreatif juga dapat digolongkan menjadi dua jenis, yang akan dijelaskan pada penjelasan di bawah ini.

Jenis-jenis tarian kreatif

Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya, tari kreasi dari berbagai daerah tentunya memiliki keragaman dan keunikan yang berbeda dengan daerah lain. Perkembangan seni, termasuk seni tari, berlangsung secara wajar dan sesuai dengan tuntutan zaman.

Oleh karena itu, terdapat berbagai seni tari baik di nusantara maupun di luar (luar negeri). Ada beberapa tarian yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisional, dan ada pula yang mengusung modernitas yang utuh.

Oleh karena itu, jenis-jenis tari kreatif dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu tari kreatif bercorak tradisional dan tari kreativitas baru nontradisional (nontradisional).

Tarian tradisional ukir

Tari kreatif bergaya tradisional adalah tarian kreatif yang berdasarkan kaidah-kaidah tari tradisional, baik dalam koreografi, musik/Kroasia, tata busana dan tata rias, maupun teknik pertunjukan, tanpa menghilangkan esensi tradisi (tim Kemidkbud, 2017, hal.79).

Salah satu contoh tari kreasi baru bergaya tradisional adalah Nandak Gojek Betawi yang merupakan evolusi dari gerakan tari Topeng Betawi dengan iringan musik topeng Gamelan dan ciri khas tari payung.

Tari Kreasi Baru Bukan Tradisional (Inkonvensional)

Tari Kreasi Inkonvensional Baru adalah tari kreasi yang karya-karyanya terlepas dari gaya tradisional dalam hal koreografi, musik, tata rias, busana dan teknik pertunjukan. Salah satu tari kreasi baru non tradisional yaitu tari kontemporer.

Keunikan gerak tari kreatif

Tarian kreatif berkembang dari gaya tari nusantara yang ada. Komposisi tarian kreatif tidak terikat oleh pola dan aturan gerak yang baku.

Teknik koreografi dan gerakan tari yang kreatif dapat beradaptasi dengan tren saat ini. Selain itu, kita juga dapat mengambil inspirasi dari berbagai tarian tradisional atau tari kreasi lainnya yang telah dikembangkan. Berikut adalah beberapa di antaranya

Gegot tari

Tari Gegot adalah tarian Betawi yang diciptakan oleh Entong Sukirman dan Kartini Kisam pada tahun 1976.

Tari Gegot adalah tarian yang menggambarkan kehidupan remaja putri Betawi yang bercanda di masa remajanya, canda dan tawa mewarnai kehidupannya. Ide tarian ini didasarkan pada karakter topeng, bungee dan oranye, dengan dua karakter yang mewakili kehidupan sehari-hari kedua karakter.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan sebagai bentuk tarian sosial dan lelucon dapat diartikan sebagai kerja sama tim. Pengiring tari Gegot adalah musik topeng Betawi, yaitu kendang, gong, kimbol, kenong tiga, kensing, kikrik, dan biola. Tari sebagai pertunjukan (tarian teater).

Jenis tarian ini merupakan tarian yang sengaja disusun untuk dibawakan. Oleh karena itu, pertunjukan mengutamakan aspek artistik, koreografi yang baik, tema dan tujuan yang jelas.

tarian luliana

Tari Loliyana merupakan inovasi tari yang berasal dari Maluku. Pertunjukan tari Loliyana didasarkan pada tradisi masyarakat Tiun Nella Sirua. Tari Loliyana berasal dari pesta Panen Lola sehingga disebut tari Panen Lola.

Tari Loliyana berasal dari kata Lola yang merupakan tindakan mengumpulkan hasil laut. Proses panen lula diawali dengan upacara kerakyatan mengelilingi api dari malam hingga subuh, dilanjutkan dengan ucapan syukur dan do’a kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberhasilan panen yang akan dilakukan.

4. Tari Saman

Tari Saman adalah tarian Gayo yang biasanya dibawakan untuk merayakan peristiwa penting dalam adat mereka. Puisi dalam tari Saman menggunakan bahasa Gayo. Selain itu, tarian ini biasanya dilakukan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad.

Disebutkan dalam beberapa literatur bahwa tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Sikh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.

UNESCO menetapkan tari Saman sebagai daftar perwakilan budaya warisan manusia pada sesi keenam Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya UNESCO di Bali, 24 November 2011.